Postingan

TUGU MARGA POSPOS DI RONCITAN, ANGKOLA

Pada generasi ketujuh silsilah keturunan Ujung Tinumpak (Simanungkalit), seorang bernama Tahi Somodung merantau ke daerah Angkola, kemudian membuka perkampungan bernama Natambang Roncitan di Kecamatan Arse, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Keturunannya di daerah Angkola memakai marga POSPOS. Berikut ini adalah lokasi tugu makam TAHI SOMODUNG POSPOS SIMANUNGKALIT. Sumber video : https://www.tiktok.com/@golongan_hitam.ori
Gambar
Foto dokumen bukti tanda terima iuran sumbangan untuk keperluan Pesta Yubileum 50 Tahun Doa Bersama Keturunan Naipospos, tahun 1983.  Tampak dalam dokumen tertulis susunan kepengurusan ketua umum mewakili tujuh marga keturunan Naipospos, yakni : 1) P. I. Sibagariang 2) Jahya Sutan Marbun (Lumbanbatu) 3) Ir. S. P. Hutauruk 4) M. Banjarnahor 5) Dr. P. L. R. Pospos (Simanungkalit) 6) Ir. H. Lumban Gaol 7) Letkol M. Situmeang

Sarkofagus NAGARI LANGIT BANJARNAHOR

Sarkofagus merupakan peti mati kuno yang terbuat dari batu. Diperkirakan sarkofagus ini berusia 700 tahun. Kubur batu ini berlokasi di Desa Parsingguran I, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan, menjadi makam salah satu keturunan Naipospos dari klan Marbun Banjarnahor bernama NAGARI LANGIT. Dirunut dalam silsilah marga, maka Nagari Langit adalah generasi keempat marga Banjarnahor. Dalam catatan silsilah, Banjarnahor memiliki dua orang putra yakni Gurdung Malela (Homban Julu) dan Atas Barita (Homban Solotan). Lalu, Atas Barita memiliki tiga orang putra yaitu: Pande Bosi, Raja Niapul, dan Badia Raja. Selanjutnya, Pande Bosi mempunyai tiga orang putra, yakni: Guru Sobaloson, Nagari Langit, dan Pangona Begu. Sumber video : https://www.tiktok.com/@golongan_hitam.ori

NAIPOSPOS HUTAURUK DI HARIARA SIMANGGULE

Gambar
Batu Partanda Partangiangan Pomparan ni Ompu Raja Nasumurung Naipospos Hutauruk di Hariara Simanggule, Lumban Bagasan, Laguboti, Toba, taon 1989.  Ompu Raja Nasumurung adalah putra ketiga Donda Ujung (Hutauruk). Keturunan Ompu Raja Nasumurung tersebar di beberapa perkampungan yang ada di Laguboti dan umumnya memakai marga Naipospos. Lalu, jika Donda Ujung (Hutauruk) adalah putra Toga Sipoholon (Martuasame), mengapa keturunan Ompu Raja Nasumurung tidak memakai marga Sipoholon atau marga Martuasame di Laguboti? Bahkan di batu partanda partangiangan dituliskan Naipospos Hutauruk, bukan Sipoholon Hutauruk. Mari kita bandingkan dengan Banjarnahor yang menyebut diri Marbun Banjarnahor, bukan Naipospos Banjarnahor.

MARGA KETURUNAN NAIPOSPOS DI SUKU KARO

Gambar
Berbeda dengan sistem tarombo Batak yang pada umumnya lebih mengutamakan pendekatan garis hubungan darah, lembaga adat masyarakat Karo menetapkan pembagian marga-marga suku Karo dalam lima kelompok marga besar yang disebut dengan MERGA SILIMA . Dalam penelusuran sejarah keturunan Naipospos, belum ada ditemukan para nenek moyang generasi awal keturunan Naipospos yang merantau ke Tanah Karo dan membentuk suatu marga diangkat menjadi bagian resmi masyarakat adat Karo. Jika ini memang benar-benar pernah terjadi, pasti keturunan Naipospos tersebut akan membentuk suatu perkampungan di Tanah Karo yang namanya mirip dengan identitas yang dipakai dulu di daerah asal sebagai pertanda kelak bagi keturunannya. Namun dalam zaman sekarang sering terjadi interaksi antara keturunan Naipospos dengan masyarakat Karo termasuk dalam hubungan perkawinan. Sering menjadi pertanyaan, dimasukkan ke dalam kelompok marga manakah sebaiknya keturunan Naipospos? Dari salah satu merga silima, ada suatu anggapan bahw

ASAL MULA NAMA SIPOHOLON

Gambar
Menurut penuturan masyarakat asli yang bermukim di daerah Sipoholon, mengatakan bahwa nama daerah Sipoholon berasal dari sebuah kata dalam bahasa Batak yakni sipohulon . Dalam bahasa Indonesia berarti yang diremas. Konon, daerah Sipoholon pada zaman dahulu dikenal sebagai daerah penghasil periuk yang terbuat dari tanah liat, atau dalam bahasa Batak dikenal dengan istilah hudon tano . Dalam proses pembuatannya, tanah yang ada di daerah Sipoholon sekarang diremas (dipohuli) hingga terbentuk hudon tano. Oleh karena itulah, maka disebut tanah Sipohulon . Seiring perkembangan pengucapan, tanah Sipohulon disebut dengan nama Sipoholon hingga sekarang.

HUBUNGAN KETURUNAN NAIPOSPOS DENGAN SIHOTANG

Gambar
Tak bisa kita pungkiri bahwa secara historis, Marbun lah yang membentuk perjanjian khusus (padan) untuk tidak saling kawin dengan keturunan Sihotang. Tidak pernah si Raja Naipospos, termasuk Donda Hopol (Sibagariang), Donda Ujung (Hutauruk), Ujung Tinumpak (Simanungkalit), maupun Jamita Mangaraja (Situmeang) membuat suatu padan dengan Sigodang Ulu (Sihotang). Jika kita perhatikan dalam pesta marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang, tidak pernah menyerukan marga Sihotang sebagai dongan padan. Seruan ini hanya dilakukan dalam pesta keturunan Marbun. Demikian juga dalam pesta keturunan Sihotang hanya menyerukan marga Marbun sebagai dongan padan. Namun, bagaimana jika saat ini marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang juga menganggap keturunan Sihotang sebagai saudara atau dongan padan yang tidak boleh saling kawin (masiolian)? Apakah salah dan tidak boleh?? Seandainya seorang marga Situmeang menikah dengan boru Sihotang. Apakah yang menjadi sapaan seoran