Postingan

HUBUNGAN KETURUNAN NAIPOSPOS DENGAN SIHOTANG

Gambar
Tak bisa kita pungkiri bahwa secara historis, Marbun lah yang membentuk perjanjian khusus (padan) untuk tidak saling kawin dengan keturunan Sihotang. Tidak pernah si Raja Naipospos, termasuk Donda Hopol (Sibagariang), Donda Ujung (Hutauruk), Ujung Tinumpak (Simanungkalit), maupun Jamita Mangaraja (Situmeang) membuat suatu padan dengan Sigodang Ulu (Sihotang). Jika kita perhatikan dalam pesta marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang, tidak pernah menyerukan marga Sihotang sebagai dongan padan. Seruan ini hanya dilakukan dalam pesta keturunan Marbun. Demikian juga dalam pesta keturunan Sihotang hanya menyerukan marga Marbun sebagai dongan padan. Namun, bagaimana jika saat ini marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang juga menganggap keturunan Sihotang sebagai saudara atau dongan padan yang tidak boleh saling kawin (masiolian)? Apakah salah dan tidak boleh?? Seandainya seorang marga Situmeang menikah dengan boru Sihotang. Apakah yang menjadi sapaan seoran

RAJA NAIPOSPOS atau TOGA NAIPOSPOS?

Gambar
Mari kita hentikan perdebatan untuk mengetahui mana yang benar dan salah antara penyebutan Raja Naipospos dan Toga Naipospos. Mari berpikir sejenak, ketika nenek moyang kita Naipospos baru lahir, apakah dia langsung disebut raja atau toga? Menurut legenda, Naipospos berasal dari kata "na ipos iposon" artinya memiliki bekas luka koreng pada kulit. Jika kita sepakat bahwa Naipospos tidak serta merta dipanggil raja atau toga saat baru lahir, maka satu-satunya rujukan kita adalah penyebutan yang lumrah di bona pasogit asal mula Naipospos. Di Sipoholon sendiri, nama jalan raya lintas penghubung dari Sipoholon menuju Tarutung diberi nama Jalan Raja Naipospos. Mengapa tidak diberi nama Jalan Toga Naipospos saja? Berarti ada indikasi bahwa penyebutan yang lumrah di bona pasogit adalah Raja Naipospos dan bukan Toga Naipospos. Sekali lagi ini bukan masalah mana yang benar dan salah, melainkan sebutan yang lumrah di bona pasogit asal mula keturunan Naipospos. Gambar Kantor Pos Sipoholo

DAERAH MANA PUSAT PUNGUAN MARGA?

Gambar
Bukan hanya di kalangan marga-marga Naipospos, juga di kalangan marga-marga Batak lainnya, ada kesan menganggap bahwa punguan marga yang terbentuk di Jakarta adalah PUSAT PUNGUAN. Meskipun saat ini ibukota negara Arab Saudi adalah Riyadh, namun pusat kiblat agama Islam adalah Mekkah. Meskipun ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah Medan, namun kantor pusat Huria Kristen Batak Protestan adalah Pearaja Tarutung. Demikian pula pusat Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa berada di New York, dan bukan di Washington, D. C. ibukota Amerika Serikat. Lalu, apakah karena ibukota negara Indonesia adalah Jakarta maka Punguan Naipospos yang di Jakarta disebut Punguan Naipospos Pusat? Jika suatu saat nanti ibukota negara dipindahkan ke Kalimantan, apakah punguan Naipospos yang berada di Jakarta, tetap disebut Punguan Naipospos Pusat?

AHA DO SIPOHOLON I ??

Gambar
Dalam beberapa literatur yang beredar disebutkan bahwa Sipoholon adalah nama salah satu putra si Raja Naipospos. Sipoholon kemudian memiliki empat orang putra yakni: Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang. Namun apabila ditelusuri lebih lanjut, para keturunan Naipospos yang bermukim di daerah Sipoholon membantah Sipoholon sebagai nama salah satu putra si Raja Naipospos. Mereka meyakini bahwa Sipoholon hanyalah nama daerah seperti Tarutung atau Siborongborong. Salah satu bukti pendukung mereka adalah belum pernah Sipoholon dijadikan marga. Seandainya Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang adalah putra Sipoholon, maka akan ada marga Sipoholon, sebagai penghormatan kepada leluhur pemersatu empat marga tersebut. Justru fakta saat ini, keturunan empat marga tersebut ada yang memakai marga Naipospos akan tetapi belum pernah ada yang memakai marga Sipoholon. BAGAIMANA MENURUT ANDA ??

KETURUNAN NAIPOSPOS DI TANAH PAKPAK

Gambar
Terlepas dari pendapat yang mengatakan Pakpak bukan Batak. Tak dapat disangkal bahwa ada beberapa marga Batak yang merantau ke Tanah Pakpak, menjadi menantu dan diangkat menjadi bagian masyarakat Pakpak. Konon, keturunan Naipospos dari garis silsilah Marbun juga ada yang merantau ke Tanah Pakpak. Menurut penuturan beberapa tetua tokoh adat marga Marbun, ada hubungan antara marga Marbun dengan marga Saraan, Meka, dan Mungkur di Tanah Pakpak. Namun, perlu penelusuran lebih lanjut, apakah marga Saraan, Meka, dan Mungkur adalah murni keturunan Marbun yang menjadi generasi pertama pembentuk marga-marga tersebut di Tanah Pakpak? Atau apakah marga-marga Marbun yang merantau ke Tanah Pakpak menjadi menantu dan ditabalkan marga Saraan, Meka, atau Mungkur? Dengan kata lain, apakah marga-marga tersebut sudah eksis di Tanah Pakpak sebelum kedatangan marga-marga Marbun ke Tanah Pakpak? Keterangan Foto: Busana Adat Pakpak Mergraha_pakpak Zona Pakpak Njuahnjuah!

PIMPINAN PARMALIM DARI MARGA NAIPOSPOS

Gambar
Sepeninggal Sisingamangaraja XII, seorang pengikutnya yang setia bernama LANJA NAIPOSPOS menerima wasiat untuk berpegang melestarikan kepercayaan kepada DEBATA MULAJADI NABOLON. Lanja Naipospos kemudian bergelar Raja Mulia Naipospos menjadi ihutan (pimpinan) ugamo Malim yang pertama berpusat di Huta Tinggi, Laguboti. Ihutan kemudian diteruskan kepada Raja Ungkap Naipospos sebagai ihutan kedua, dan dilanjutkan lagi oleh Raja Marnangkok Naipospos sebagai ihutan ketiga. Jika ditelusuri dalam silsilah Naipospos, pimpinan ugamo Malim ini adalah keturunan Donda Ujung (Hutauruk). Konon, seorang generasi ketiga Hutauruk bernama Datu Jarangar merantau ke daerah Laguboti dan berketurunan disana memakai marga Naipospos. Keterangan gambar: Raja Marnangkok Naipospos semasa hidupnya dalam sebuah upacara keagamaan Parmalim.

NAMA ASLI PUTERA TOGA MARBUN

Gambar
Pernahkah terbersit dalam pikiran Anda, apa nama asli nenek moyang pertama pewaris marga Lumbanbatu, Banjarnahor, dan Lumbangaol? Sebagaimana dusun, desa, kelurahan, dan kecamatan sebagai sistem tingkatan pembagian daerah saat ini, maka huta, lumban, banjar, dan sosor juga merupakan pembagian daerah perkampungan Batak pada zaman dahulu. Jika demikian dapat dipastikan bahwa Lumban Batu, Banjar Nahor, dan Lumban Gaol bukanlah nama asli seorang individu melainkan nama perkampungan. Mari kita bandingkan dengan keturunan Naipospos lainnya yakni marga Hutauruk. Nama asli Hutauruk adalah Donda Ujung. Lalu Donda Ujung kemudian memiliki 4 orang putera, masing-masing bernama: Raja Sumonggop, Jangjang Barani, Ompu Nasumurung, dan Ompu Hapaltua. Pada perkembangannya, nama 4 orang putera tersebut menjadi pembagian marga Hutauruk dalam 4 bagian utama yang disebut: Hutauruk Lumbansoit, Hutauruk Lumbansundul, Hutauruk Lumbanbaringin, dan Hutauruk Lumbanrihit. Nama Lumban Soit adalah nama perkampungan